Selasa, 13 Mei 2008

Gastroenteritis

I.A Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah Inflamasi pada lapisan membran gastrointestinal disebabkan oleh berbagai varian enteropatogen yang luas, yaitu bakteria, virus, dan parasit. Manifestasi klinik tergantung pada organisme dan respons pejamu ( host ) terhadap infeksi yaitu infeksi asimptomatik, diare, diare dengan darah, diare kronik, dan manifestasi ekstraintestinal dari infeksi.
Gambaran diagnosis etiologis dapat ditegakkan dari petunjuk epidemiologik, manifestasi klinik, pemeriksaan fisik, dan pengetahuan tentang mekanisme patofisiologis dari enteropatogen. Traktus gastrointestinal jika terinfeksi akan melakukan mekanisme pengeluaran cairan yang banyak kedalam lumen dan gerakan motilitas yang meningkat untuk membersihkan lumen usus dari patogen keluar tubuh. Hal ini akan menyebabkan terjadinya diare dan terjadi dehidrasi karena cairan banyak keluar ke ekstrasel. Jadi yang perlu diperhatikan adalah semua pasien dengan diare memerlukan terapi cairan dan elektrolit sebagai terapi suportif mengingat gejala utamanya adalah diare dan muntah, sedang sebagian kecil memerlukan support nonspesifik lain, dan sebagian lagi memerlukan terapi antimikrobial. Namun studi lab yang dipakai untuk identifikasi patogen diare sering tidak diperlukan karena banyak episode yang self-limited (sembuh sendiri).

I.B Etiologi Gastroenteritis
Pada anak-anak, 40% kasus adalah idiopatik, sedang agen viral menyebabkan 30-40% gastroenteritis, diantaranya rotavirus, enteric adenovirus, Norwalklikeviruses, astrovirus 1Bakteri dan parasit juga penyebab yang signifikan dari penyakit diare pada anak-anak.
Dua tipe dasar diare infeksi akut adalah tipe noninflammasi and inflammasi. Enteropatogen dapat menimbulkan diare noninflamasi melalui produksi enterotoxin oleh beberapa mekanisme invasif, penghancuran permukaan (fili) sel oleh virus, perlekatan (adherence) oleh parasit, perlekatan (adherence) oleh bakteri. Berlawanan dengan diatas, diare inflamasi biasanya disebabkan oleh invasi intestinal secara langsung atau produksi sitotoksin. Namun ada beberapa enteropatogen memiliki lebih dari satu sifat virulensi yang artinya dapat menginfeksi melalui berbagai macam cara.Etiologi diare akut dapat dihubungkan dengan bakteri, viral atau parasit yang telah dikenal sebagai penyebab enteritis adalah sebagai berikut:BakteriAeromonas, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium perfringens, Clostridium difficile, Escherichia coli, Plesiomonas shigelloides, Salmonella, Shigella, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae 01 and 0139, Vibrio parahaemolyticus, Yersinia enterocolitica.VirusAstroviruses, Caliciviruses, Norovirus*, Enteric adenoviruses, Rotavirus, Cytomegalovirus*, Herpes simplex viruses*.ParasitBalantidium coli, Blastocystis hominis, Cryptosporidium parvum, Cyclospora cayetanensis, Encephalitozoon intestinalis*, Entamoeba histolytica, Enterocytozoon bieneusi*, Giardia lamblia, Isospora belli, Strongyloides stercoralis, Trichuris trichiuraNorwalk-like viruses*Secara umum dikaitkan dengan penyakit yang hanya terdapat diantara orang-orang yang immunocompromised.*
Juga ada penyebab diare noninfeksi sebagai berikut:Defek AnatomikMalrotasi, duplikasi intestinal, penyakit Hirschsprung, impaksi fecal, sindrom usus pendek, atrofi microvillus, striktur.MalabsorpsiDefisiensi disakaridase, malabsorsi glucose-galactose, insuffisiensi pancreas, fibrosis kistik, Sindrom Shwachman, penurunan garam empedu intraluminal, cholestasis, Penyakit Hartnup, abetalipoproteinemia, Penyakit Celiac.EndokrinopatiThyrotoxicosis,Penyakit Addison,Sindrom Adrenogenital.KeracunanLogam berat, Scombroid, Ciguatera, jamur.NeoplasmaNeuroblastomas, Ganglioneuromas, Pheokromocytomas, Karsinoid, Sindrom Zollinger-Ellison, Sindrom vasoaktif invasif intestinal.Lain-LainInfeksi Nongastrointestinal, Alergi susu, Penyakit Crohn (regional enteritis), Familial Dysautonomia, Penyakit defisiensi Immune, Protein-Losing Enteropati, Kolitis Ulseratif , Enteropatika Acrodermatitis, Penyalahgunaan Laxative, Gangguan Motilitas, Pellagra (kekurangan vitamin B kompleks).2Diarrhea kronik atau persisten lebih dari 14 hari dapat karena ;(1) Agen infeksiosa seperti Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, enteropatogenik Escherichia coli;(2) Setiap enteropatogen yang menginfeksi pejamu yang immunocompromised ; atau(3) Gejala residual setelah kerusakan intestinal setelah infeksi akut.

I.C Patofisiologi Gastroenteritis
Manifestasi klinik dari gastroenteritis adalah ditandai dengan diare. Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses meknik dan enzimatik, disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit, sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk. Peristaltik saluran cerna yang teratur akan mengakibatkan proses cerna secara enzimatik berjalan baik. Sedangkan peningkatan motilitas berakibat terganggunya proses cerna secara enzimatik, yang akan mempengaruhi pola defekasi.

Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buru, Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah factor penyebab (agent) dan fakto pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkunganlumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi pathogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.

I.D Klasifikasi Gastroenteritis
Tanda utama pasien mengalami gastroenteritis yaitu diare. Diare diklasifikasikan menjdi 2, yaitu :

1. Diare akut
Diare yang awalnya mendadakdan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.

2. Diare Kronik
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dananak ditetapkan batas waktu dua minggu. Diare kronik dibagi menjadi tiga, yaitu :
· Diare Osmotik : Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya malabsorpsi karbohidrat, lemak, atau protein.
· Diare sekretorik : Terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotikdengan mukosa yang besar.
· Diare inflamasi : Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai dengan peradangan.

Klasifikasi Dehidrasi :
Derajat Dehidrasi
Kebutuhan cairan (x kg BB)
Ringan
5%
Sedang
8%
Berat
10%

Metode Daldiyono
Klinis
Skor
Rasa haus/muntah
1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg
1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg
2
Frekuensi nadi > 120 x/menit
1
Kesadaran apatis
1
Kesadaran somnolen
2
frekuensi napas > 30 x/menit
1
Fasies Kolerika
2
Vox Cholerica
2
Turgor kulit menurun
1
Washer womans hand
1
Ekstremitas dingin
1
Sianosis
2
Umur 50-60 tahun
-1
Umur > 60 tahun
-2


I.E Managemen dan edukasi pasien Gastroenteritis
Pendekatan Umum Anak dengan Diare Akut.Tujuan utama pendekatan anak dengan diare akut adalah:1.menilai tingkat dehidrasi dan memberi pergantian cairan dan elektrolit,2.mencegah penyebaran enteropatogen, dan3.pada episode tertentu menentukan agen etiologi dan memberi terapi spesifik jika terindikasi.(Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition (May 2003) hal 1274 )Informasi mengenai masukan oral, frekuensi dan volume keluaran tinja, kesan umum dan aktifitas anak, serta frekuensi kencing harus ditanyakan. Lama dan keparahan diare, konsistensi tinja, adanya lendir dan darah, dan gejala terkait seperti muntah, kejang dan demam. Demam memberi kesan adanya proses alergi dan juga terjadi sebagai akibat dehidrasi. Nausea dan muntah merupakan gejala nonspesifik, tetapi muntah memberi kesan bahwa organisme menginfeksi usus bagian atas seperti virus, bakteri penghasil enterotoksin, Giardia, and Cryptosporidium. Demam sering pada pasien dengan diare inflamasi, nyeri abdomen lebih parah, dan tenesmus dapat terjadi pada perut bawah dan rektum mengindikasikan keterlibatan usus besar. Muntah juga sering terjadi pada diare noninflamasi; dan pada diare noninflamasi demam biasanya tidak ada atau derajat ringan; nyerinya adalah kram, periumbilikal, dan tidak berat; dan diare yang cair mengindikasikan keterlibatan usus bagian atas. (Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition (May 2003) hal 1274)
1. PENCEGAHAN
· Biasakan untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan maupun sesudah buang air besar.
· Masaklah makanan dengan baik dan benar
2. PENGOBATAN
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah minum cairan yang cukup. Pada penderita yang muntahpun, harus minum sedikit demi sedikit untuk mengatasi dehidrasi, yang selanjutnya bisa membantu menghentikan muntahnya. Jika muntah berlangsung terus dan terjadi dehidrasi berat, mungkin diperlukan infus cairan dan elektrolit. Karena anak-anak lebih cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi, mereka harus diberi larutan garam dan gula. Cairan yang biasa digunakan seperti minuman bersoda, teh, minuman olahraga dan sari buah, tidak tepat diberikan kepada anak-anak dengan diare. Bila muntahnya hebat, bisa diberikan suntikan atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur). Jika gejalanya membaik, penderita secara bertahap mendapatkan makanan lunak seperti gandum, pisang, bubur nasi, selai apel dan roti panggang. Jika makanan tersebut tidak menghentikan diare setelah 12-24 jam dan bila tidak terdapat darah pada tinja, berarti ada infeksi bakteri yang serius, dan diberikan obat-obat seperti difenoksilat, loperamide atau bismuth subsalisilat. Karena antibiotik dapat menyebabkan diare dan merangsang pertumbuhan organisme yang resisten terhadap antibiotik, maka antibiotik jarang digunakan meskipun diketahui penyebabnya adalah bakteri. Antibiotik bisa digunakan, tetapi pada infeksi bakteri tertentu, yaitu Campylobacter, Shigella dan Vibrio cholerae.
AntibiotikTerapi anti mikrobaterial untuk bakteri enteropatogen pada anak-anak:Organisme*1. Aeromonas dan Campylobacter,Agen Antimicrobial: TMP/SMZIndikasi Untuk Terapi Antimikrobial : Dysentery-like illness,diare berkepanjangan2. CampylobacterAgen Antimikrobial:Erythromycin† atau azithromycinIndikasi Terapi Antimikrobial : Pada awal penyakit3. Clostridium difficileAgen Antimikrobial :Metronidazole atau vancomycinindikasi terapi AntimikrobialPenyakit sedang hingga berat4. Escherichia coliAgen Antimikrobial :Metronidazole atau vancomycinindikasi terapi Antimikrobial : Penyakit sedang hingga berat5. EnterotoxigenicAgen Antimikrobial : TMP/SMZ†indikasi terapi Antimikrobial : Penyakit berat atau berkepanjangan6. EnteropathogenicAgen Antimikrobial :TMP/SMZ†indikasi terapi Antimikrobial : Nursery epidemics, penyakit pengancam jiwa7. EnteroinvasiveAgen Antimikrobial :TMP/SMZ†indikasi terapi Antimikrobial : Semua pada kasus jika organisme rentan8. SalmonellaAgen Antimikrobial :Cefotaxime atau ceftriaxone atau ampicillin atau chloramphenicol atau TMP/SMZ†indikasi terapi Antimikrobial : pasien bayi


3.PENGELOLAAN PASIEN GASTROENTERITIS
Perawatan Prarumahsakit 11) Perawatan Prarumahsakit ditujukan pada terapi cairan secepatnya pada pasien yang tidak stabil.2) Perawatan gawat darurat:Tujuan terapia) Rehidrasi oral atau Intra Vena sebagaimana dibutuhkan.b) Rawat gejala yng terindikasi mis: demam, nyeri.c) Identifikasi komplikasi.d) Cegah penyebaran infeksi.e) Identifikasi dan rawat penyebab tertentu dengan terapi antibiotik spesifik atau empiris.Terapi Rehidrasi Orala) Glukosa harus diberikan sebagai tambahan pemberian elektrolit.b) Pengantian volume umumnya dapat dilakukan dalam 8 jam.c) Terapi rehidrasi oral (TRO) hanya direkombinasikan pada pasien yang kooperatif dan ada pengawas yang mengawasi dalam memberikannya. Dalam penurunan volume berat atau jika TRO gagal, lakukan terapi IV. Status volume cairan harus sering di reevaluasi. Anak yang telah menunjukkan dapat mentoleransi rehidrasi oral dapat segera dipindah dari rawat darurat ke bangsal biasa. Tapi anak yang menunjukkan tidak dapat mentoleransi rehidrasi oral atau kehilangan cairan berat tetap harus di observasi hingga rehidrasi oral dapat di toleransi dan kehilangan cairan telah diganti.Pertimbangkan pemasangan NGT pada pasien dengan kriteria berikut:a) Kehilangan cairan beratb) Gagal terapi rehidrasi oralc) Gagal mencoba berulang kali saat akses Intra Vena

I.F Komplikasi Gastroenteritis

Dehidrasi menjadi komplikasi Gastroenteritis, bila tidak ditangani segera dengan rehidrasi yang tepat, dapat menyebabkan pasien kekurangan cairan sehingga tubuh akan melakukan kompensasi. Bila kita tidak segera mengganti cairan tubuh yang hilang, maka pasien bisa kehilangan kesadaran dan juga menyebabkan kematian.

Hipertensi

I.A Definisi Hipertensi
Istilah hipertensi berasal dari bahasa Inggris "hypertension". Kata "hypertension" sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu "hyper" dan "tension". Dan pada akhirnya hypertension menjadi istilah kedokteran yang digunakan sampai sekarang untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi.
Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi dari normal adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah di arteri secara kronis (dalam jangka waktu lama). Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Hipertensi merupakan penyebab yang paling seringdari gagal jantung pada masyarakat dan merupakan factor risiko utama untuk aterosklerosis.

I.B Etiologi Hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh kasus hipertensi), tetapi mungkin multifaktor yang meliputi:
· Kerentanan genetik
· Aktivitas berlebihan sistem saraf simpatik
· Membran transport Na/K yang abnormal.
· Penggunaan garam yang berlebihan.
· Sistem rennin-angiotensinaldosteron yang abnormal.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain (terdapat pada kurang lebih 10 % dari seluruh kasus hipertensi).
Penyebab-penyebab :
1. Penyakit Ginjal
a. Gagal ginjal kronis
b. Stenosis arteri renalis
c. Pielonefritis
d. Glomerulonefritis akut
e. Nefritis kronis
2. Tumor Renin
3. Penyakit endokrin
a. Tumor adrenal
- Kortek : a. Sindrom Cushing
b. Aldosteron primer
c. Hiperplasia adrenal kongenital
- Medula : feokromositoma
b. Sindroma Cushing

I.C Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi juga dikelompokkan menurut akibat klinikopatologis dari meningkatnya tekanan darah. Hipertensi Benigna bersifat lambat, sering tanpa gejala dan ditemukan pada pemeriksaan fisik untuk kepentingan asuransi, misalnya. Hipertensi Maligna merupakan hipertensi yang mengkhawatirkan, memerlukan pengobatan yang tepat untuk mengurangi kerusakan organ sampai sekecil mungkin atau resiko kematian yang mendadak akibat perdarahan otak.

Hipertensi Benigna
Tahanan pembuluh darah perifer yang meningkat dan kerja jantung yang berlebihan pada hipertensi akan mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri.Pada waktu hidup kelainan ini dapat dideteksi dengan EKG, yang pada pemeriksaan autopsi ditemukan penebalan yang konsentrik pada ventrikel kiri. Dengan ditemikan gagal jantung kongestif, hipertrofi dapat diketahui sebagai dilatasi ventrikel kiri. Beberapa penderita hipertensi juga menderita ateroskerosis pada arterikoronaria dan kejadian selanjutnya ialah penyakit jantung iskemik.
Hipertensi yang sangat lama akan mengakibatkan terjadinya penyakit arteriol dan arteri kecil yang menyeluruh, disamping memperkuat terbentuknya arterosklerosi. Perubahan sebagian besar mudah dilihat pada retina sewaktu hidup, dan pada ginjal setelah meninggal dunia. Arteri renalis ukuran medium dan arteriol renalis ukuran medium menunjukkan proliferasi intima dan dialinisasi muscular medialsi. Keadaan ini akan menyebabkan iskemia vokalis disertai jaringan parut, hilangnya tubulus dan fibrosis periglomerulus, permukaan korteks berglanuler halus.\

Hipertensi Maligna
Hipertensi maligna dapat terjadi pada individu yang sebelumnya sehat, sering pada pria negro pada decade ketiga dan keempat. Meskipun demikian sering terjadi pada pasien yang telah terserang hipertensi benigna.

I.E Managemen dan edukasi pasien Hipertensi
1. PENCEGAHAN
Hipertensi primer (esensial) tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi, diantaranya yaitu
Olah raga dan mempertahankan berat normal. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
Makan makanan sehat dan rendah lemak serta kaya akan sumber vitamin dan mineral alami. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
Berhenti merokok.
1. PEMBERIAN OBAT-OBATAN
Antagonis kalsium. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-benar berbeda
Sangat efektif diberikan kepada:
- orang kulit hitam
- lanjut usia
- penderita angina pektoris (nyeri dada)
- denyut jantung yang cepat
- sakit kepala migren. Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.
· Diuretik. Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obat-obatan yang termasuk golongan diuretik adalah Hidroklorotiazid.
· Penghambat Simpatetik. Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
· Betabloker. Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obat-obatan yang termasuk dalam golongan betabloker adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.
· Vasodilator. Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin.
· Penghambat Enzim Konversi Angiotensin. Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Captopril.

3.PENGELOLAAN PASIEN HIPERTENSI
Pengobatan tanpa obat, antara lain : diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh, peredaan stress emosional, berhenti merokok/alkohol, dan latihan fisik ringan dan teratur.
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan

I.F Komplikasi Hipertensi
Komplikasi-komplikasi yang timbul pada penderita hipertensi adalah :
- Penyakit jantung dan pembuluh darah
Ada dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada penderita hipertensi yaitu penyakit jantung koroner (PJK) dan penyakit jantung hipertensi.
Hipertensi merupakan penyebab paling umum dari hipertrofi ventrikel kiri.
- Retinopati hipertensif
- Penyakit hipertensi serebrovaskuler
Hipertensi dalah factor resiko paling penting untuk timbunya stroke karena pendarahan atau ateroemboli. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan tingkat tekanan darah
- Ensefalopati hipertensi
Ensefalopati hipertensi adalah suatu sindroma yang ditandai dengan perubahan-perubahan neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri yang meningkat, dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan. Ini biasanya timbul pada keadaan hipertensi maligna yang meningkat cepat (accelerated) walaupun retinopati hipertensi yang lanjut sering tidak ada.



Neurologi


Penanganan Kasus-kasus Neurologis - Banyak penyakit yang tak terdeteksi ternyata berkaitan erat dengan masalah saraf dan otak (neurologi), di samping masalah jantung. Penyakit pembuluh darah otak disebutkan sebagai pembunuh nomor tiga di dunia setelah penyakit jantung dan kanker. Di Indonesia penyakit yang bersumber dari masalah otak, saraf, dan jantung cukup banyak. Untuk itu diperlukan tempat pelayanan kesehatan yang khusus bagi penyakit-penyakit tersebut.Rumah Sakit Abdi Waluyo (RSAW) merespons kebutuhan tersebut dengan mendirikan Jakarta Brain Center (JBC). JBC ditangani oleh tim neurologis handal seperti Prof Dr Yusuf Misbach dan Dr Salim Haris. Sementara itu, tim bedah saraf ditangani ahli seperti Dr Med Jimmy Sugiarto dan Dr Hilman. Peralatan canggih dan mutakhir, seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI) 1,5 teslag, Multislice CT Scan, Duplex Scan Carotid and Vertebralis, Trans Cranial Doppler (TCD), Trans Thoracal Echo Cardiogram (TTE), Trans Esophageal Echo Cardiografie (TEE), laboratorium, dan fasilitas lainnya disediakan di JBC.Menurut Yusuf, peralatan-peralatan tersebut sangat menunjang pemeriksaan dan diagnosis dokter pada kasus-kasus neurologis. "Dengan demikian, mereka yang ingin mengetahui apakah ada gangguan fungsi pada otak, baik saraf maupun pembuluh darah otak, dapat terdeteksi dengan peralatan tersebut." MRI 1,5 teslag itu, lanjut Yusuf, dapat mendeteksi sumber masalah tanpa rasa sakit, nyaman, dan dapat sambil tidur atau mendengarkan musik. Alat ini aman karena tak menggunakan sinar X, melainkan magnet. Untuk pemeriksaan saraf otak dan pembuluh darah otak, MRI memiliki fasilitas teknologi lebih maju di bidang kardiologi. ''Dengan pemeriksaan tadi, gangguan fungsi otot jantung atau kemungkinan gangguan pembuluh darah jantung bisa diketahui,'' sambungnya. Peralatan MRI bisa juga digunakan untuk mendeteksi kelainan pada tulang, persendian, atau patah tulang akibat kecelakaan.Sarana ini sangat membantu dokter ahli tulang (ortopaedis). Dengan fasilitas tersebut JBC, yang terletak di Jalan HOS Cokroaminoto 31-33 Menteng, Jakarta Pusat, siap melayani penyakit-penyakit otak, baik pada fase akut, darurat, maupun pada penanganan lanjutan pascarawat inap. Beberapa penyakit yang ditangaji JBC antara lain stroke, trauma otak, radang susunan saraf pusat, tumor-tumor otak, epilepsi, parkinson, dan dementia. Penanganan penyakit saraf dan otak tak hanya dilakukan oleh neurolog, tapi juga melibatkan dokter ahli di bidang lain. Di JBC pelayanan dilakukan oleh satu tim dokter ahli saraf yang didukung ahli penyakit dalam, jantung, endokrin, penyakit darah, bedah saraf, anestesi-perawatan intensif, dan lain-lain yang memang diperlukan oleh pasien.